Burung Sepah Hutan | Perierocotus Flammeus

Burung Sepah Hutan Perierocotus Flammeus
Burung Sepah Hutan Perierocotus Flammeus

 

Paruh lurus berwarna hitam tipe pemakan biji-bijian. Buluh dahi berwarna  kuning. Penutup telinga berwarna putih. Lubang hidung di tutupi oleh kulit lunak (korona) bulu tengkuk, kerongkongan, punggung, dada dan paruh berwarna kuning. Bulu pada paha berwarna kuning, sisik pada tangkai dan jari berwarna abu-abu, kaki bertipe petengger. Tiga jari menghadap kedepan, satu jari menghadap ke belakang, cakar kecil dan tajam. Penutup ekor bagian atas dan bawah berwarna kuning, bulu ekor bertipe persegi dan panjang berwarna kuning. Bulu ekor bertipe retrices.

Burung Sepah Hutan (Perierocotus flammeus), yang lebih dikenal dengan nama ilmiah Perierocotus flammeus, adalah spesies burung endemik yang ditemukan di Indonesia, khususnya di kawasan hutan-hutan tropis pulau Sumatra dan sebagian Kalimantan. Burung ini merupakan anggota keluarga Muscicapidae, yang mencakup burung-burung pemakan serangga atau dikenal juga sebagai burung penyanyi.

Sejarah Penemuan dan Klasifikasi

Burung sepah hutan pertama kali ditemukan dan dideskripsikan pada tahun 1850 oleh seorang ahli ornithologi asal Inggris, William Swainson, dalam sebuah karya ilmiah yang membahas keanekaragaman burung tropis di wilayah Asia Tenggara. Nama ilmiah Perierocotus flammeus merujuk pada penampilan fisik burung ini yang mencolok, dengan warna oranye kemerahan di bagian dada dan perut, yang mirip dengan api, yang berarti “flammeus” dalam bahasa Latin.

Taksonomi

  • Kingdom: Animalia
  • Phylum: Chordata
  • Class: Aves
  • Order: Passeriformes
  • Family: Muscicapidae
  • Genus: Perierocotus
  • Species: P. flammeus

Burung ini berada dalam genus Perierocotus, yang lebih dikenal karena spesies-spesiesnya yang lebih langka dan terbatas distribusinya. Perierocotus flammeus memiliki kerabat terdekat dalam keluarga Muscicapidae, meskipun genus ini relatif jarang ditemukan dalam literatur perburungan.

Distribusi dan Habitat

Burung sepah hutan merupakan spesies endemik yang terbatas pada wilayah-wilayah hutan tropis di Sumatra dan Kalimantan, terutama di hutan pegunungan yang lebih tinggi. Mereka lebih sering ditemukan pada ketinggian 600–1.800 meter di atas permukaan laut, meskipun habitat spesifik mereka bisa bervariasi. Habitat utama mereka adalah hutan dataran rendah dan hutan pegunungan yang lebat dengan vegetasi yang masih alami dan jarang terganggu oleh aktivitas manusia. Hal ini membuat burung sepah hutan lebih memilih tempat yang terisolasi dari gangguan manusia.

Morfologi dan Ciri Khas

Burung sepah hutan memiliki penampilan yang mencolok dengan warna bulu dominan oranye kemerahan pada dada dan perut, yang memberi mereka penampilan yang membara seperti api. Warna bulu pada bagian tubuh lainnya cenderung lebih gelap atau cokelat, sementara bagian kepala dan punggung bisa lebih pudar. Ciri khas lain yang membedakan mereka adalah bentuk tubuh yang ramping, dengan paruh yang agak pendek dan agak tebal.

Secara keseluruhan, ukuran tubuh burung sepah hutan tidak terlalu besar, dengan panjang sekitar 20 cm, yang menjadikannya burung yang cukup kompak untuk bergerak dengan gesit di habitatnya yang tertutup dan padat.

Perilaku dan Kebiasaan

Burung sepah hutan merupakan burung yang relatif jarang terlihat oleh manusia karena mereka cenderung hidup di daerah-daerah yang terisolasi dan sulit dijangkau. Mereka adalah burung pemakan serangga, yang lebih banyak mencari makan di lapisan bawah dan menengah hutan, sering kali di sekitar vegetasi lebat atau semak-semak.

Kebiasaan mereka biasanya melibatkan mencari makan di tengah-tengah pepohonan, di mana mereka akan memakan berbagai jenis serangga, termasuk lalat, belalang, dan berbagai arthropoda lainnya. Sepah hutan dikenal dengan suara kicauannya yang nyaring dan bervariasi, yang sering digunakan untuk berkomunikasi dengan sesama anggota kelompoknya atau sebagai tanda teritorial.

Reproduksi

Seperti burung pemakan serangga lainnya, sepah hutan berkembang biak dengan membuat sarang di tempat yang terlindung di dalam semak-semak atau pohon-pohon rendah. Musim kawin biasanya terjadi setelah musim hujan, dan betina akan bertelur dalam sarang yang dibangun dengan bahan-bahan alami seperti ranting, daun, dan rumput. Jumlah telur biasanya 2–3 butir per induk.

Ancaman dan Status Konservasi

Burung sepah hutan tergolong sebagai spesies yang rentan (vulnerable) menurut daftar merah IUCN. Penyebab utama ancaman terhadap kelangsungan hidup spesies ini adalah kerusakan habitat. Deforestasi yang terjadi di Sumatra dan Kalimantan, yang disebabkan oleh pembukaan lahan untuk pertanian, perkebunan kelapa sawit, dan penebangan liar, sangat memengaruhi habitat alami mereka. Jika kerusakan ini berlanjut, populasi burung sepah hutan berisiko mengalami penurunan yang signifikan.

Selain itu, perburuan liar juga menjadi ancaman potensial meskipun belum terdokumentasi secara meluas. Karena habitat mereka yang sangat spesifik dan terbatas, burung ini menghadapi tekanan besar dari degradasi lingkungan yang cepat di wilayah-wilayah yang mereka huni.

Upaya Konservasi

Berbagai upaya konservasi sedang dilakukan untuk melindungi habitat burung sepah hutan dan spesies terkait lainnya. Beberapa kawasan lindung telah didirikan di Sumatra dan Kalimantan, yang bertujuan untuk menjaga keanekaragaman hayati dan habitat alamiah burung-burung endemik tersebut. Selain itu, riset lebih lanjut mengenai perilaku, ekologi, dan distribusi spesies ini juga diharapkan dapat membantu dalam upaya perlindungan dan konservasi.

Kesimpulan

Burung sepah hutan (Perierocotus flammeus) adalah spesies burung yang sangat unik dan menawan, dengan penampilan yang mencolok dan kebiasaan hidup yang terisolasi. Meski begitu, habitat mereka yang terancam dan kebiasaan hidup mereka yang sulit terdeteksi menjadikannya rentan terhadap ancaman luar. Dengan perhatian lebih terhadap konservasi habitat dan penelitian lebih lanjut, diharapkan masa depan burung sepah hutan dapat lebih terjaga dan dilestarikan.

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post
Burung Bubut alang-alang (Centropus Bengalensis)

Burung Bubut alang-alang | Centropus Bengalensis

Next Post
Burung Daun Sayap Biru atau Chloropsis Cochinchinensis

Burung Daun Sayap Biru atau Chloropsis Cochinchinensis

Related Posts
Total
0
Share