Dampak Kenaikan Dollar Bagi Ekonomi & Teknologi
Penyebab Dollar Naik Penguatan indeks dollar terjadi di tengah kenaikan inflasi AS pada Juli 2023, yang tercatat mengalami kenaikan menjadi 3,2% year on year, meningkat dari periode sebelumnya yaitu 3%. Pada bulan Juli pun, Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke posisi 5,25%–5,50%. Angka ini adalah yang tertinggi selama lebih dari 22 tahun dan ditargetkan bisa melawan inflasi ke angka 2%. Dengan suku bunga yang tinggi, investor memilih untuk membeli aset aman dengan daya tarik tinggi, seperti dolar AS dan surat utang (obligasi) AS. Dengan ketidakpastian global, tingkat inflasi dan suku bunga tinggi di berbagai negara, cadangan devisa mengalami kenaikan. Cadangan devisa diperlukan untuk membiayai ketidakseimbangan neraca pembayaran hingga menjaga kestabilan nilai tukar mata uang suatu negara, sehingga Dampak Kenaikan Dollar Bagi Ekonomi & Teknologi itu hal yang pasti.
Sebenarnya ada beberapa mata uang yang dalam cadangan devisa diakui oleh banyak negara dan berlaku secara internasional, seperti dollar AS, euro, yen, dan pound sterling. Namun, dollar AS masih mendominasi cadangan devisa global dengan porsi sebesar 59,02%. Tingginya harga minyak dunia juga menjadi faktor lain yang membuat dollar AS semakin meningkat, serta berdampak ke laju inflasi AS ke depannya. Kekhawatiran berlebihan dari para pelaku pasar keuangan dan melebarnya defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) juga turut menjadi faktor lainnya.
Apa Dampaknya bagi masyarakat?
Kenaikan nilai dollar Amerika Serikat memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian masyarakat Indonesia, salah satunya adalah peningkatan harga impor. Setidaknya ada dua barang impor yang menjadi komoditas utama bagi masyarakat Indonesia, yaitu minyak mentah (petroleum) untuk bahan baku bahan bakar minyak dan beras. Pelemahan rupiah juga dapat berdampak negatif pada kinerja pelaku usaha yang bergantung pada bahan baku impor. Misalnya industri farmasi petrokimia, makanan dan minuman, hingga tekstil.Selain itu, kenaikan nilai dollar juga dapat mempengaruhi sektor ekspor Indonesia. Meskipun pada dasarnya bisa meningkatkan daya saing produk ekspor Indonesia, karena harganya menjadi lebih kompetitif di pasar internasional, tetapi hal itu dapat mengurangi margin keuntungan para produsen dalam negeri.
Maka, kenaikan nilai dollar harus dikelola dengan bijak oleh pemerintah Indonesia untuk memastikan dampak positif terhadap ekspor dapat seimbang dengan dampak negatifnya pada harga impor dan daya beli masyarakat.
Dilansir CNBCIndonesia, Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan pelemahan rupiah selama beberapa hari terakhir dipengaruhi oleh situasi global.
Untuk itu, pemerintah akan melakukan sinkronisasi antara kebijakan fiskal di bawah Kementerian Keuangan melalui APBN dan kebijakan moneter di bawah Gubernur Bank Indonesia.
Meskipun penurunan nilai rupiah adalah tanggung jawab pemerintah, kita juga dapat melakukan beberapa cara untuk membantu menguatkan nilai rupiah. Salah satunya dengan membeli produk dalam negeri, menahan diri terhadap produk impor, tidak menimbun dollar dan menukarkannya dengan rupiah, berwisata dan berinvestasi di dalam negeri, serta bepergian dengan transportasi publik untuk menghemat penggunaan BBM.
Lebih besar dampak ke Teknologi di Indonesia
Kenaikan nilai dollar Amerika Serikat memberikan dampak yang signifikan bagi teknologi Indonesia yaitu seperti pembelian alat teknologi dari luar negeri, tentunya kenaikan dolar AS itu berdampak kepada barang-barang elektronik yang harganya tergantung kepada dolar AS serta Biaya pembelian layanan seperti cloud, hosting, & interkoneksi jaringan seperti ISP sehingga biaya internet akan berdampak. Akibat makin melemahnya rupiah, barang-barang impor & layanan yang menggunakan dolar us otomatis sangat dirasakan dampaknya.