• slot gacor 2024slot danasigma168
  • Sejarah Kota Surabaya - kktara.com

    Sejarah Kota Surabaya

    Menurut cerita yang beredar
    dimasyarakat, asal usul nama Surabaya berasal dari cerita mitos masyarakat
    yaitu pertempuran antara sura (ikan hiu) dan baya dan akhirnya menjadi kota
    Surabaya. Kota Surabaya merupakan kota terbesar kedua di indonesia setelah Kota
    Jakarta. Surabaya sebagai ibukota Provinsi Jawa Timur, Indonesia dengan jumlah
    penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa. Surabaya merupakan pusat
    bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia timur.

    Surabaya juga terkenal dengan
    sebutan Kota Pahlawan karena sejarahnya yang sangat diperhitungkan dalam
    perjuangan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah. Secara
    geografis, Kota Surabaya terletak di tepi pantai utara provinsi Jawa Timur.
    Wilayahnya berbatasan dengan Selat Madura di Utara dan Timur, Kabupaten
    Sidoarjo di Selatan, serta Kabupaten Gresik di Barat. Berikut ini dapat kita
    pelajari tentang sejarah kota Surabaya dari sebelum kedatangan belanda, zaman
    hindia belanda hingga pertempuran mempertahankan Surabaya.
    Sejarah Kota Surabaya Sebelum
    Kedatangan Belanda
    Surabaya dulunya merupakan
    gerbang Kerajaan Majapahit, yakni di muara Kali Mas. Bahkan hari jadi Kota
    Surabaya ditetapkan sebagai tanggal 31 Mei 1293. Hari itu sebenarnya merupakan
    hari kemenangan pasukan Majapahit yang dipimpin Raden Wijaya terhadap pasukan
    kerajaan Mongol utusan Kubilai Khan. Pasukan Mongol yang datang dari laut
    digambarkan sebagai ikan SURO (ikan hiu/berani)dan pasukan Raden Wijaya yang
    datang dari darat digambarkan sebagai BOYO (buaya/bahaya), jadi secara harfiah
    diartikan berani menghadapi bahaya yang datang mengancam. Maka hari kemenangan
    itu diperingati sebagai hari jadi Surabaya.

    Pada abad ke-15, Islam mulai
    menyebar dengan pesat di daerah Surabaya. Salah satu anggota wali sanga, Sunan
    Ampel, mendirikan masjid dan pesantren di daerah Ampel. Tahun 1530, Surabaya
    menjadi bagian dari Kesultanan Demak.
    Menyusul runtuhnya Demak,
    Surabaya menjadi sasaran penaklukan Kesultanan Mataram: diserbu Panembahan
    Senopati tahun 1598, diserang besar-besaran oleh Panembahan Seda ing Krapyak
    tahun 1610, diserang Sultan Agung tahun 1614. Pemblokan aliran Sungai Brantas
    oleh Sultan Agung akhirnya memaksa Surabaya menyerah. Tahun 1675, Trunojoyo
    dari Madura merebut Surabaya, namun akhirnya didepak VOC pada tahun 1677.

    Dalam perjanjian antara Paku
    Buwono II dan VOC pada tanggal 11 November 1743, Surabaya diserahkan penguasaannya
    kepada VOC.
    Serajah Kota Surabaya pada Zaman
    Hindia Belanda
    Pada zaman Hindia-Belanda,
    Surabaya berstatus sebagai ibukota Karesidenan Surabaya, yang wilayahnya juga
    mencakup daerah yang kini wilayah Kabupaten Gresik, Sidoarjo, Mojokerto, dan Jombang.
    Pada tahun 1905, Surabaya mendapat status kotamadya (Gemeente). Pada tahun
    1926, Surabaya ditetapkan sebagai ibukota provinsi Jawa Timur. Sejak itu
    Surabaya berkembang menjadi kota modern terbesar kedua di Hindia-Belanda
    setelah Batavia.
    Sebelum tahun 1900, pusat kota
    Surabaya hanya berkisar di sekitar Jembatan Merah saja. Sampai tahun 1920-an,
    tumbuh pemukiman baru seperti daerah Darmo, Gubeng, Sawahan, dan Ketabang. Pada
    tahun 1917 dibangun fasilitas pelabuhan modern di Surabaya.

    Tanggal 3 Februari 1942, Jepang
    menjatuhkan bom di Surabaya. Pada bulan Maret 1942, Jepang berhasil merebut
    Surabaya. Surabaya kemudian menjadi sasaran serangan udara Sekutu pada tanggal
    17 Mei 1944.
    Sejarah Kota Surabaya,
    Pertempuran Mempertahankan Surabaya
    Setelah Perang Dunia II usai,
    pada 25 Oktober 1945, 6000 pasukan Inggris-India yaitu Brigade 49, Divisi 23
    yang dipimpin Brigadir Jenderal Aulbertin Walter Sothern Mallaby mendarat di
    Surabaya dengan perintah utama melucuti tentara Jepang, tentara dan milisi
    Indonesia. Mereka juga bertugas mengurus bekas tawanan perang dan memulangkan
    tentara Jepang. Pasukan Jepang menyerahkan semua senjata mereka, tetapi milisi
    dan lebih dari 20000 pasukan Indonesia menolak.
    26 Oktober 1945, tercapai
    persetujuan antara Bapak Suryo, Gubernur Jawa Timur dengan Brigjen Mallaby
    bahwa pasukan Indonesia dan milisi tidak harus menyerahkan senjata mereka.
    Sayangnya terjadi salah pengertian antara pasukan Inggris di Surabaya dengan
    markas tentara Inggris di Jakarta yang dipimpin Letnan Jenderal Sir Philip
    Christison.
    27 Oktober 1945, jam 11.00 siang,
    pesawat Dakota AU Inggris dari Jakarta menjatuhkan selebaran di Surabaya yang
    memerintahkan semua tentara Indonesia dan milisi untuk menyerahkan senjata.
    Para pimpinan tentara dan milisi Indonesia marah waktu membaca selebaran ini
    dan menganggap Brigjen Mallaby tidak menepati perjanjian tanggal 26 Oktober
    1945.

    28 Oktober 1945, pasukan
    Indonesia dan milisi menggempur pasukan Inggris di Surabaya. Untuk menghindari
    kekalahan di Surabaya, Brigjen Mallaby meminta agar Presiden RI Soekarno dan
    panglima pasukan Inggris Divisi 23, Mayor Jenderal Douglas Cyril Hawthorn untuk
    pergi ke Surabaya dan mengusahakan perdamaian.

    29 Oktober 1945, Presiden
    Soekarno, Wapres Mohammad Hatta dan Menteri Penerangan Amir Syarifuddin Harahap
    bersama Mayjen Hawthorn pergi ke Surabaya untuk berunding.
    Pada siang hari, 30 Oktober 1945,
    dicapai persetujuan yang ditanda-tangani oleh Presiden RI Soekarno dan Panglima
    Divisi 23 Mayjen Hawthorn. Isi perjanjian tersebut adalah diadakan perhentian
    tembak menembak dan pasukan Inggris akan ditarik mundur dari Surabaya
    secepatnya. Mayjen Hawthorn dan ke 3 pimpinan RI meninggalkan Surabaya dan
    kembali ke Jakarta.

    Pada sore hari, 30 Oktober 1945,
    Brigjen Mallaby berkeliling ke berbagai pos pasukan Inggris di Surabaya untuk
    memberitahukan soal persetujuan tersebut. Saat mendekati pos pasukan Inggris di
    gedung Internatio, dekat Jembatan merah, mobil Brigjen Mallaby dikepung oleh
    milisi yang sebelumnya telah mengepung gedung Internatio.
    Karena mengira komandannya akan
    diserang oleh milisi, pasukan Inggris kompi D yang dipimpin Mayor Venu K. Gopal
    melepaskan tembakan ke atas untuk membubarkan para milisi. Para milisi mengira
    mereka diserang / ditembaki tentara Inggris dari dalam gedung Internatio dan
    balas menembak. Seorang perwira Inggris, Kapten R.C. Smith melemparkan granat
    ke arah milisi Indonesia, tetapi meleset dan malah jatuh tepat di mobil Brigjen
    Mallaby.

    Granat meledak dan mobil
    terbakar. Akibatnya Brigjen Mallaby dan sopirnya tewas. Laporan awal yang
    diberikan pasukan Inggris di Surabaya ke markas besar pasukan Inggris di
    Jakarta menyebutkan Brigjen Mallaby tewas ditembak oleh milisi Indonesia.
    Letjen Sir Philip Christison
    marah besar mendengar kabar kematian Brigjen Mallaby dan mengerahkan 24000
    pasukan tambahan untuk menguasai Surabaya.

    9 November 1945, Inggris
    menyebarkan ultimatum agar semua senjata tentara Indonesia dan milisi segera
    diserahkan ke tentara Inggris, tetapi ultimatum ini tidak diindahkan.
    10 November 1945, Inggris mulai
    membom Surabaya dan perang sengit berlangsung terus menerus selama 10 hari. Dua
    pesawat Inggris ditembak jatuh pasukan RI dan salah seorang penumpang Brigadir
    Jendral Robert Guy Loder-Symonds terluka parah dan meninggal keesokan harinya.

    20 November 1945, Inggris
    berhasil menguasai Surabaya dengan korban ribuan orang prajurit tewas. Lebih
    dari 20000 tentara Indonesia, milisi dan penduduk Surabaya tewas. Seluruh kota
    Surabaya hancur lebur.
    Pertempuran ini merupakan salah
    satu pertempuran paling berdarah yang dialami pasukan Inggris pada dekade
    1940an. Pertempuran ini menunjukkan kesungguhan Bangsa Indonesia untuk
    mempertahankan kemerdekaan dan mengusir penjajah.

    Karena sengitnya pertempuran dan
    besarnya korban jiwa, setelah pertempuran ini, jumlah pasukan Inggris di
    Indonesia mulai dikurangi secara bertahap dan digantikan oleh pasukan Belanda.
    Pertempuran tanggal 10 November 1945 tersebut hingga sekarang dikenang dan
    diperingati sebagai Hari Pahlawan.

    source : http://cerita-indonesian.blogspot.com/2012/07/asal-usul-sejarah-kota-surabaya-jawa.html
    Total
    0
    Shares
    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Previous Post

    Larangan Memukul Anak Kecil Yang Sedang Menangis

    Next Post

    Sunnah ketika Bangun dari Tidur sangat dianjurkan untuk diajarkan

    Related Posts
    Total
    0
    Share