• slot gacor 2024slot danasigma168
  • Sejarah Kota Bogor - kktara.com

    Sejarah Kota Bogor

    Bogor selain berarti tunggul
    kawung, juga berarti daging pohon kawung yang biasa dijadikan sagu (di daerah
    Bekasi). Dalam bahasa Jawa “Bogor” berarti pohon kawung dan kata kerja
    “dibogor” berarti disadap. Dalam bahasa Jawa Kuno, “pabogoran” berarti kebun kaung.
    Dalam bahasa Sunda umum, menurut Coolsma, L “Bogor” berarti “droogetapte
    kawoeng” (pohon enau yang telah habis disadap) atau “bladerlooze en taklooze
    boom” (pohon yang tak berdaun dan tak bercabang). Jadi sama dengan pengertian
    kata “pugur” atau “pogor”.

    Akan tetapi dalam bahasa Sunda
    “muguran” dengan “mogoran” berbeda arti. Yang pertama dikenakan kepada pohon
    yang mulai berjatuhan daunnya karena menua, yang kedua berarti bermalam di
    rumah wanita dalam makna yang kurang susila. Pendapat desas-desus bahwa Bogor
    itu berarti “pamogoran” bisa dianggap terlalu iseng.
    Setelah sekian lama hilang dari
    percaturan historis yang berarti kurang lebih selama satu abad sejak 1579, kota
    yang pernah berpenghuni 50.000 jiwa itu menggeliat kembali menunjukkan
    ciri-ciri kehidupan. Reruntuhan kehidupannya mulai tumbuh kembali berkat
    ekspedisi yang berturut-turut dilakukan oleh Scipio pada tahun 1687, Adolf
    Winkler tahun 1690 dan Abraham van Riebeeck tahun 1704, 1704 dan 1709. Dalam
    memanfaatkan wilayah yang dikuasainya, VOC perlu mengenal suatu wilayah
    tersebut terlebih dahulu. Untuk meneliti wilayah dimaksud, dilakukan ekspedisi
    pada tahun 1687 yang dipimpin Sersan Scipio dibantu oleh Letnan Patinggi dan
    Letnan Tanujiwa, seorang Sunda terah Sumedang.
    Dari ekspedisi tersebut serta
    ekspedisi lainnya, tidak ditemukannya pemukiman di bekas ibukota kerajaan,
    kecuali di beberapa tempat, seperti Cikeas, Citeureup, Kedung Halang dan Parung
    Angsana. Pada tahun 1687 juga, Tanujiwa yang mendapat perintah dari Camphuijs
    untuk membuka hutan Pajajaran, akhirnya berhasil mendirikan sebuah perkampungan
    di Parung Angsana yang kemudian diberi nama Kampung Baru. Tempat inilah yang
    selanjutnya menjadi cikal bakal tempat kelahiran Kabupaten Bogor yang didirikan
    kemudian. Kampung-kampung lain yang didirikan oleh Tanujiwa bersama anggota
    pasukannya adalah: Parakan Panjang, Parung Kujang, Panaragan, Bantar Jati,
    Sempur, Baranang Siang, Parung Banteng dan Cimahpar. Dengan adanya Kampung Baru
    menjadi semacam Pusat Pemerintahan bagi kampung-kampung lainnya.
    Dokumen tanggal 7 November 1701
    menyebut Tanujiwa sebagai Kepala Kampung Baru dan kampung-kampung lain yang
    terletak di sebelah hulu Ciliwung, De Haan memulai daftar bupati-bupati Kampung
    Baru atau Buitenzorg dari tokoh Tanujiwa (1689-1705), walaupun secara resmi
    penggabungan distrik-distrik baru terjadi pada tahun 1745.
    Pada tahun 1745 Bogor ditetapkan
    Sebagai Kota Buitenzorg yang artinya kota tanpa kesibukan dengan sembilan buah
    kampung digabungkan menjadi satu pemerintahan dibawah Kepala Kampung Baru yang
    diberi gelar Demang, daerah tersebut disebut Regentschap Kampung Baru yang
    kemudian menjadi Regentschap Buitenzorg. Sewaktu masa pemerintahan Gubernur
    Jenderal Baron van Imhoff (1740) dibangunlah tempat peristirahatan, pada lokasi
    Istana Bogor sekarang yang diberi nama Buitenzorg.
    Pada tahun 1752 tersebut, di Kota
    Bogor belum ada orang asing, kecuali Belanda. Kebun Raya sendiri baru didirikan
    tahun 1817. Letak Kampung Bogor yang awal itu di dalam Kebun Raya ada pada
    lokasi tanaman kaktus. Pasar yang didirikan pada lokasi kampung tersebut oleh
    penduduk disebut Pasar Bogor (sampai sekarang) Pada tahun 1808, Bogor
    diresmikan sebagai pusat kedudukan dan kediaman Resmi Gubernur Jenderal. Tahun
    1904 dengan keputusan Gubernur Jendral Van Nederland Indie Nomor 4 tahun 1904
    Hoofplaats Buitenzorg mencantumkan luas wilayah 1.205 yang terdiri dari 2
    Kecamatan & 7 Desa, diproyeksikan untuk 30.000 Jiwa .
    Pada tahun 1905 Buitenzorg diubah
    menjadi GEMMENTE berdasarkan Staatblad 1926 yg kemudian disempurnakan dengan Staatblad
    1926 Nomor 328.
    Tahun 1924 dengan keputusan
    Gubernur Jendral Van Nederland Indie Nomor 289 tahun 1924 ditambah dengan desa
    Bantar jati dan desa Tegal Lega seluas 951 ha, sehingga mencapai luas 2.156 ha,
    diproyeksikan untuk 50.000 Jiwa.
    Perkembangan selanjutnya, pada
    tahun 1941, Buitenzorg secara resmi lepas dari Batavia dan mendapat otonominya
    sendiri. Keputusan dari gubernur Jendral Belanda di Hindia Belanda No. 11 tahun
    1866, No. 208 tahun 1905 dan No. 289 tahun 1924 menyebutkan bahwa wilayah Bogor
    pada waktu itu seluas 22 Km persegi, terdiri dari 2 sub distrik dan 7 desa.
    Berdasarkan UU No. 16 tahun 1950
    Kota Bogor ditetapkan menjadi Kota besar dan Kota Praja yang terbagi dalam 2
    wilayah Kecamatan & 16 lingkungan. Tahun 1981 jumlah Kelurahan menjadi 22
    Kelurahan, 5 kecamatan & 1 Perwakilan kecamatan.
    Terakhir berdasarkan PP. No.
    44/1992 Perwakilan Kecamatan Tanah Sareal ditingkatkan statusnya menjadi
    Kecamatan, Kini terdapat 6 Kecamatan dan 68 Kelurahan.
    Ditengah-tengah kota terdapat
    Kebun Raya Bogor yang dibangun sejak Tahun 1817 oleh seorang ahli botani yaitu
    Prof. Dr. RC. Reinwardth dengan luas 87 Ha dan terdapat 20.000 jenis tanaman
    yang tergolong dalan 6000 Species dan merupakan Kebun Raya terbesar di Asia
    Tenggara.
    Total
    0
    Shares
    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Previous Post

    Sejarah Kota Bengkulu

    Next Post

    Pengetahuan Tentang Antibiotika

    Related Posts
    Total
    0
    Share