• slot gacor 2024slot danasigma168
  • Sejarah Kota Jayapura - kktara.com

    Sejarah Kota Jayapura

    Nama Kota Jayapura pada awalnya
    adalah Holandia dimana nama tersebut di berikan oleh Kapten Sachse pada tanggal
    07 Maret 1910. Apa ari Holandia : Hol = lengkung; teluk land= tanah, tempat
    yang berteluk. Negeri Belanda atau Holland atau Nederland – geografinya
    menunjukkan keadaan berteluk-teluk. Geografi Kota Jayapura hampir sama dengan
    garis pantai utara negeri Belanda itu. Kondisi alam yang berlekuk-lekuk inilah
    yang mengilhami Kapten sache untuk mencetuskan nama Hollandia di nama aslinya
    Numbay. Numbay diganti nama sampai 4 kali:
    Hollandia-Kotabaru-Sukarnopura–Jayapura, yang sekarang dipakai adalah “Jayapura
    “. Walikota Pertama Drs. Flores Imbiri. 1979-1989. Walikota kedua Drs. Michael
    Manufandu, MA. 1989-1993. Walikota ketiga Drs. Reomantyo periode 1994 – 1999.
    Walikota keempat Drs. M. R. Kambu, M.Si, periode 200-2005. Walikota kelima Drs.
    M. R. Kambu, M.Si periode 2005-2010. Wakil Walikota H.Sudjarwo, BE.

    Kota Jayapura telah sejak lama
    bersentuhan dengan dunia luar. Hal ini ditunjukkan dengan adanya Orang-orang
    luar yang pernah singgah di tanah Papua ini adalah orang Spanyol yang pernah
    mengarungi samudera dan bersentuhan dengan orang-orang Indonesia pada umumnya
    dan orang-orang Irian pada khususnya. Sejarah arung samudera telah mencatat
    secara baik seseorang berbangsa Spanyol bernama YNICO ORTIS DE FRETES. Dengan
    kapalnya bernama “SAN JUAN ” pada tanggal 16 Mei 1545 berangkat dari Tidore ke
    Mexico. Dalam perjalanan Ortis de Fretes tersebut tiba disekitar muara sungai
    Mamberamo pada tanggal 16 Juni 1545 memberikan nama NOVA GUINEA kepada
    orang-orang dan tanah Papua atau Irian Jaya.
    Sesudah Ortis de Frets menyusul
    lagi pengarung – pengarung samudera yang lain antara lain ALVARO MEMDANA DE
    NEYRA ( 1567 ), ANTOMIO MARTA ( 1591 – 1593 ), dan lain-lain. Dapat disimpulkan
    bahwa orang-orang Spanyolpun pernah ada kontak dan sentuhan dengan penduduk di
    Jayapura dan sekitarnya. Selanjutnya Besleit (Surat Keputusan) Gubernemen
    Hindia Belanda Nomor 4 tanggal 28 Agustus 1909 kepada Asisten residen, di
    Manokwari diperbantukan 1 detasemen (4 Perwira + 80 tentara). Dalam surat
    keputusan tersebut antara lain tertera ( dalam bahasa Belanda ) diterjemahkan
    ke dalam Bahasa Indonesia. Sebagai lanjutan dari pelaksanaan surat keputusan
    ini, maka pada tanggal 28 September 1909 kapal “EDI” mendaratkan satu detasemen
    tentara dibawah komando Kepten Infanteri F.J.P SACHSE, segera dimulai menebang
    pohon-pohon kelapa sebanyak 40 pohon, tetapi segera pula pembayaran ganti rugi
    harus dilakukan kepada pemiliknya seharga 40 ringgit atau 40 * f 2,50 = f 100,-
    (seratus gulden / rupiah). Suatu jumlah uang yang sangat besar waktu itu – 1910
    seorang ahli lain bernama KIELICH menulis “Hollandia kostte vierting (40) rijk
    daalders” Jayapura harganya 40 ringgit atau f 100,- (seratus gulden / rupiah).
    Berdirilah kompamen pertama yang terdiri dari tenda-tenda, tetapi segera
    diusahakan untuk mendirikan perumahan-perumahan dari bahan sekitar tempat
    itu.Penghuni-penghuni pertama terdiri dari 4 Perwira, 80 anggota tentara, 60
    pemikul, beberapa pembantu dan isteri-isteri para angkatan bersenjata ini,
    total keseluruhan berjumlah 290 orang.
    Ada 2 sungai masing-masing Numbai
    dan Anafri yang menyatu dan bermuara di teluk Numbai atau Yos Sudarso, dengan
    sebutan populer muara sungai Numbai. Sungai Numbai – Anafri mengalir melalui
    satu ngarai yang berawa-rawa penuh dengan pohon-pohon sagu dan bermata air di
    pegunungan Cycloop. Karena Patroli perbatasan Jerman memberi nama ‘Germanihoek”
    (pojok Germania/Jerman) kepada kompamennya, maka Kapten Sachse memberi nama
    “HOLLANDIA” untuk tempat mereka/ Belanda.
    Hari jadi Hollandia / Jayapura
    dilukiskan sebagai berikut : “Pada hari itu 7 Maret 1910 cuaca buruk tetapi
    suasana diantara penghuni eksplorasi detasemen sangat baik. Keempat brigade
    berkumpul dalam sikap upacara sekeliling tiap bendera dengan pakaian yang rapih
    dan bersih serta dengan kancing-kancing yang berkilat. Kapten/Sachse berpidato
    mula-mula dalam Bahasa Belanda, kemudian dalam Bahasa Melayu dengan penuh
    semangat. Sesudah itu dia memberi komando : “Dengan nama Ratu naikkan bendera!
    Semoga dengan perlindungan Tuhan tidak akan diturunkan sepanjang masa”. Segera
    setelah bendera berkibar semua kelewang atau sangkur disentakkan dari sarungnya
    dan terdengar teriakan “Hura-hura-hura”. Lahirlah Hollandia / Jayapura tanpa rumah
    bersalin, dokter, dan bidan suster pada pagi hari itu. Selamat !
    Dengan demikian hari jadi kota
    Jayapura sejak 7 Maret 1910. Timbul pertanyaan mengapa nama asli lokasi BAU O
    BWAI (bahasa Kayupulo), secara populer NUMBAI diganti HOLLANDIA ? pemberi nama
    Hollandia adalah seorang Belanda-Kapten Sachse, tidak mau tahu dan tidak minta
    persetujuan pemilik tanah lokasi itu. Yang penting selera saya Sachse dari
    Holland / Belanda. Apa arti Hollandia ? Hol = lengkung; teluk, land = tanah;
    tempat. Jadi Hollandia artinya tanah yang melengkung atau tanah / tempat yang
    berteluk. Negeri Belanda atau Holland atau Nederland – geografinya menunjukkan
    keadaan berteluk teluk. Georgrafi kota Jayapura hampir sama dengan garis pantai
    utara negeri Belanda itu. Kondisi alam yang lekuk-lekuk inilah yang mengilhami
    Kapten Sachse untuk mencetuskan nama Hollandia di atas nama asli Numbay. Numbay
    ditimpa atau diganti nama sampai 4 kali ;
    Hollandia-Kotabaru-Sukarnopura-Jayapura, yang sekarang dipakai adalah
    “JAYAPURA”.
    Irian Jaya definitif kembali ke
    Indonesia 1 Maret 1963. Sejak 1 Mei 1963 sampai sekarang (2005) sudah 42 tahun
    berlalu. Banyak sekali kemajuan dan perubahan yang terjadi di Irian Jaya.
    Kabupaten Jayapura terjadi perubahan dibidang pemerintahan. Ibukota Kabupaten
    Jayapura dimekarkan menjadi kota Administratif (kotif) Jayapura. Berdasarkan
    Peraturan Pemerintah RI No. 26/1979 tanggal 28 Agustus 1979 tentang pembentukan
    Kota Administratif Jayapura, maka dengan ketentuan pelaksanaan Permendagri No.
    5 tahun 1979 dan Instruksi Mendagri No. 30 tahun 1979, Kota Jayapura pada hari
    Jumat, 14 September 1979, di resmikan sebagai Kota Administraratif oleh Bapak
    Haji Amir Machmud, Menteri dalam Negeri Republik Indonesia . Pada hari yang
    sama dilantik Drs. Florens Imbiri sebagai Walikota Jayapura oleh Bapak Haji
    Soetran, Gubernur KDH. Tingkat I Irian Jaya. Lokasi peresmian Kotif Jayapura
    adalah halaman kantor Dharma Wanita Propinsi Irian Jaya, Jl. Sam Ratulangi Dok
    5 Atas. Jadilah kota administratif yang pertama di Irian Jaya, dan yang ke 12
    di Indonesia, Walikota Adminstratif pertama Drs. Florens Imbiri 1979 – 1989,
    Walikota Administratif kedua Drs. Michael Manufandu, MA 1989-1993.
    Berdasarkan UU No. 6 tahun 1993,
    Kota Adminstratif Jayapura menjadi Kotamadya Dati II Jayapura oleh Bapak Mendagri
    Yogie S.M betempat di lapangan Mandala Jayapura. Pada hari yang sama dilantik
    Drs. R. Roemantyo sebagai WaliKota KDH. Tingkat II Jayapura. WaliKota KDH.
    Tingkat II Jayapura menyusun dan melengkapi aparat, dinas otonom, dan dinas
    vertikal serta membentuk DPRD Kota, sesuai UU No, 5. tahun 1974 WaliKota KDH
    Tingkat II Jayapura dipilih oleh DPRD Kota dan terpilih Drs R. Roemantyo
    sebagai WaliKota yang definitif periode 1994/1995-1998/1999. Sekretariat Kota
    untuk pertama kali berkantor di Yoka menempati eks kompleks APDN di pinggir
    Danau Sentani. Setelah kantor baru berlokasi di Entrop selesai dibangun, pada
    bulan Juli 1998 kantor pindah ke Entrop di Jln. Balai Kota No. 1 Entrop Distrik
    Jayapura Selatan. Tongkat estafet pembangunan dilanjutkan oleh Bapak Drs. M. R
    Kambu, M.Si sebagai Walikota Jayapura dan J.I Renyaan, SH sebagai Wakil
    Walikota Jayapura periode 1999/2000 – 2004/2005. Untuk pertama kalinya pada
    tahun 2004 – 2005 dalam sejarah demokrasi di Indonesia pada umumnya dan Kota
    Jayapura pada khususnya dilakukan pemilihan kepala daerah secara langsung oleh
    rakyat, dimana masyarakat Kota Jayapura masih memberi kepercayaan kepada Bapak
    Drs. M.R Kambu, M.Si sebagai Walikota Jayapura dan Sudjarwo, BE sebagai Wakil
    Walikota Jayapura periode 2005 – 2010.

    (Sumber:
    http://anaktanimbar.blogspot.com)
    Total
    0
    Shares
    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Previous Post

    Sejarah Singkat Kota Medan

    Next Post

    Sejarah Makassar

    Related Posts
    Total
    0
    Share